Ibukota Kabupaten Banyuwangi berjarak 239 km
sebelah timur Surabaya. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur
jalur kereta api Pulau Jawa.]Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi
bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat
dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara
merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan
Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan
pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus
eksekutif (pattas) maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat
lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya - Pasuruan - Probolinggo - Jember dan
berakhir di Banyuwangi.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat
moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta colt yang melayani transportasi
antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota
kabupaten di sekitarnya.
Bandar
Udara Blimbingsari di kecamatan Rogojampi dalam pembangunannya sempat tersendat akibat
kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa
pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna Ani Lestari. Dan pada
tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk
penerbangan komersial Banyuwangi (BWW) - Denpasar (DPS) - Banyuwangi (BWW) dan
Banyuwangi (BWW) - Surabaya (SUB) - Banyuwangi (SUB), per tanggal 24 Agustus
2011 Maskapai Merpati Airlines membuka penerbangan dari Banyuwangi dengan
tujuan Surabaya, Semarang, dan Bandung
Seni budaya
Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa
ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari
berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa dan budaya lokal yang saling
isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun
di Pulau Jawa.
Kesenian tradisional
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :
·
Seblang
·
Janger
·
Patrol
·
Barong
·
Gedhogan
·
Batik
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas
Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
MUSIK BANYUANGI
suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang
tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing"
(triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat
besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama.
Kemudian terdapat "kendhang" yang jumlahnya
bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan
kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi
komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi.
Alat berikutnya adalah "kethuk". Terbuat dari
besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya.
"Kethuk estri" (feminine) adalah yang besar, atau dalam
gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan "kethuk jaler" (maskulin)
dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar
sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan
Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang.
Sedangkan "kempul" atau gong, dalam gamelan
Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi.
Kadang juga diselingi dengan "saron bali" dan "angklung".
Selain Gamelan untuk Gandrung ini, gamelan yang dipakai
untuk pertunjukan Angklung Caruk agar berbeda dengan Gandrung, karena ada
tambahan angklung bambu yang dilaras sesuai tinggi nadanya. Untuk patrol, semua
alat musiknya terbuat dari bambu. Bahkan untuk pertunjukan Janger, digunakan
gamelan Bali, dan Rengganis gamelan Jawa lengkap. Sedang khusus kesenian Hadrah
Kunthulan, digunakan rebana, beduk, kendhang, biola dan kadang bonang (atau
dalam gamelan Bali disebut Reong).
Modernisasi pun tidak terelakkan dalam seni musik
Banyuwangi, muncul berbagai varian musik yang merupakan paduan tradisional dan
modern, seperti Kunthulan Kreasi, Gandrung Kreasi, Kendhang Kempul Kreasi dan
Janger Campursari yang memasukkan unsure elekton kedalam musiknya, dan menjadi
kesenian popular di kalangan masyarakat. Namun demikian, sebagian pakar
kebudayaan mengkhawatirkan seni kreasi ini akan menggeser kesenian klasik yang
sudah berkembang selama berratus-ratus tahun,
No comments:
Post a Comment