Terletak
pada lokasi
7d 4 '
07,07" Selatan 113d 28'18,25" Timur
Mungkin Candi Jabung yang beberapa waktu yang lalu saya kunjungi merupakan
Candi yang terletak paling Timur dari pulau Jawa dan paling dekat dengan pantai
( sekitar 5km) Apa maknanya ? saya belum tahu tapi sebaiknya kita lihat saja
keadaannya.
Candi jabung sekarang ini dengan mudah dicapai dari
Jalan raya yang menghubungkan Probolinggo dan Situbondo ( yang kebetulan juga
bekas jalan pos Anyer -Panarukan yang dibuat atas perintah Daendles), pada Km.
20 dari Probolinggo tepat sebelum melintasi jembatan kali Jabung ada papan
penunjuk keberadaan candi tersebut dan anda dipersilahkan belok ke kanan meniti
jalan kecil namun bisa dilalui dengan mobil, kira kira 2 km anda akan segera
melihat Candi Jabung. Sebuah candi dengan segala keindahannya berkat
pembangunannya yang dilakukan dengan penuh dedikasi.
Candi jabung adalah Candi Budha dengan bentuk badan
utama berupa tabung yang mungkin satu satunya candi berbentuk demikian .
Seperti Candi candi yang berada di sekitar jawa Timur
candi Jabung dibangun dengan bahan utama batu bata bukan batu gunung,
LATAR
BELAKANG SEJARAH:
Kitab Nagarakrtagama menyebut candi ini sebagai
Candi Kalayu, khususnya pada bagian yang memaparkan rangkaian perjalanan
raja Hayam Wuruk (Rajasanagara) ke daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang
dimulai pada tahun ketiga masa pemerintahannya (1275 Caka/1353 Masehi).
Perjalanan raja Hayam Wuruk ini disertai oleh seluruh
keluarga raja (Bhatara Sapta Prabhu), para menteri, pemimpin agama dan wakil
golongan masyarakat bertujuan terutama untuk menghayati keadaan masyarakat yang
dipimpinnya. Ada pula yang mengatakan bahwa perjalanan Hayam Wuruk itu
merupakan salah satu dharma yang harus dijalaninya yakni untuk penyatuan dan kesatuan
wilayah kerajaannya.
Rangkaian perjalanan raja Hayam Wuruk meliputi
beberapa tempat di daerah kekuasaannya, seperti Lasem (tahun 1354 M), Lodaya
(1357 M), Palah (1361 M), Liwang, Blitar, Jime dan Simping.
Dalam perjalanan itu, Hayam Wuruk juga sempat
mengerahkan rakyat untuk memperbaiki beberapa tempat penyeberangan di Bengawan
Solo dan Kali Brantas, memperbaiki bendungan Kali Konto, memperbaiki Candi
Sumberjati dan sekaligus nyekar atau ziarah ke makam kakeknya (Raden Wijaya),
memugar Candi Jabung (1353 M), memperindah candi pemujaan Tribhuwanattunggadewi
di Panggih, menambah candi Prwara di Palah (Panataran-Blitar, 1369 M) serta
mendirikan sebuah pendapa untuk kepentingan persajian (1375 M), menyelesaikan
dua buah candi di Kediri (Candi Surawana dan candi Tigawangi), dan akhirnya
pada tahun 1371 mendirikan Candi Padi di dekat Porong-Jawa Timur, yang
bentuknya menyerupai percandian di Champa.
Setelah memugarnya di tahun 1353, candi jabung yang
menurut keagamaan Budha dalam kitab Nagara Kertagama, sebut jga dengan
nama BAJRAJINAPARAMITAPURA di kunjungi lagi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun
1359 Masehi dan pada kitab Pararaton disebut candi ini disebut sebagai Sajabung
tempat pemakaman dan tempat pemujaan bagi tokoh wanita keluarga Hayam Wuruk,
bernama Brha Gundal. Dalam catatan sejarah, Hayam Wuruk adalah raja pertama
Nusantara, yang melakukan perjalanan ke berbagai bangunan/monumen arkeologis
dan melaksanakan pemugaran-pemugaran pertama di berbagai candi.
Setelah dipugar oleh Raja Hayam Wuruk pada 1353
Masehi, Candi Jabung seakan terlupakan untuk lebih dari 500 tahun. Candi yang
secara tipologis memiliki kesamaan bentuk dengan Candi Muara Takus (Riau) dan
Biaro Bahal (Padang Sidempuan) tersebut baru dipugar kembali pada tahun 1983
oleh pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus dijadikan sebagai benda cagar
budaya.
LEGENDA
DISEKITAR CANDI :
Badan candi ini bersifat Siwaistik karena
sekelilingnya dipahatkan adegan-adegan cerita Sri Tanjung. Legenda Sri Tanjung
pada dasarnya mengisahkan fitnahan terhadap Sri Tanjung, seorang dewi yang
sangat cantik, isteri Raden Sidapaksa, yang berakhir dengan kematian/pembunuhan
Sri Tanjung. Karena tidak bersalah, maka Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh
para dewa dan dikembalikan ke tempat kediamannya semula sebelum kawin. Singkat
Cerita, Raden Sidapaksa diperintahkan oleh Betari Durga untuk pergi ke kediaman
Sri Tanjung untuk minta rujuk .
Namun isteri yang teraniaya ini menolak untuk rujuk
kembali, kecuali apabila Raden Sidapaksa dapat membunuh dan membawa rambut si
pemfitnah untuk dijadikan kesed (pembersih kaki) Sri Tanjung. Setelah
permintaan tersebut terlaksana, suami-isteri itu kembali hidup bersama-sama.
SITUASI
FISIK:
Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan
Paiton, Kabupaten Probolinggo dan berdiri di sebidang tanah berukuran 35 meter
x 40 meter dan terletak pada ketinggian 8M diatas permukaan laut. Atau pada :7d
4 ' 07,07" Selatan 113d 28'18,25" Timur
Di kompleks situs ini di sebelah barat Daya candi
terdapat juga satu candi pelengkap yang biasa disebut sebagai candi Menara
Sudut. Pada sisi dinding timur dan utara terdapat bekas
susunan tembok membujur ke timur dan ke utara, sedangkan di sisi barat dan
selatan tidak terdapat tanda-tanda bekas tembok (polos, asli). Dengan data
tersebut kemungkinan dahulu dikelilingi oleh pagar tembok dan candi menara
sudut tersebut merupakan bangunan sudut pagar. Candi Menara Sudut terbuat dari
batu merah sejenis dengan bahan yang dipakai pada Candi Induk.
BENTUK DASAR
ARSITEKTUR
Sebagaimana umumnya bangunan candi secara garis besar
candi Jabung terdiri dari:
1.bagian subbasement
2.bagian kaki candi
3. tubuh candi
4. atap candi.
Ditinjau dari sudut arsitektur Candi Jabung sangat
menarik, karena bagian tubuhnya berbentuk tabung (silinder) yang berdiri diatas
bagian kaki candi yang bertingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan bagian
atapnya berbentuk stupa ( sudah hilang).
Diatas bagian subbasement / dasar candi terdapat
Selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang belum
diketahui secara pasti jalan ceritanya.
Candi Jabung yang menghadap ke Barat bagian depannya
terdapat susunan tangga naik memasuki Candi. Struktur bangunan candi yang hanya
dari bata merah berkualitas tinggi yang dibeberapa tempat di ukir relief dan
struktur bata ini ternyata mampu bertahan ratusan tahun.
PONDASI
Pada dasarnya bentuk fondasi candi berbentuk segi
empat, hanya di bagian barat atau sisi depan terdapat bagian yang menjorok ke
luar sebagian fondasi atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik.
UKURAN:
Dihitung secara keseluruhan Candi Jabung berukuran
panjang 13,13 meter, lebar 9,60 meter dan tinggi 16,20 meter.
Keadaan sebelum dipugar di sisi sebelah timur atau
belakang terdapat lubang akibat tangan jahil manusia untuk mencari harta karun
yang diperkirakan disimpan di bagian tengah bawah candi. Dari lubang tersebut kita dapat mengetahui bahwa di bagian
bawah tengah ( kaki) Candi Jabung terdapat sebuah bilik tanpa pintu berbentuk
segi empat dengan ukuran 130 x 130 cm. Lubang sisi timur itu telah ditutup
kembali sesuai dengan keadaan semula pada saat pemugaran
Sementara candi Menara Sudutnya berukuran 2,55 mx
2,55m dengan tinggi 6 meter.
UKIRAN/ RELIEF:
Badan candi berbentuk bulat tabung (silender). Pada
ambang relung-relung candi terdapat hiasan kepala kala motif Jawa Timur, serta
sebuah relief rosetta dengan angka tahun 1276 Caka (1354 M). Dalam bilik candi
masih terdapat lapik arca, sedangkan pada atap candi bersifat Buddhistik dengan
bentuk pagoda (stupa) dan berhias sulur-suluran.
Dalam bilik candi terdapat lapik arca, berdasarkan
inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada tahun 1276 c (saka) =
1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit. Angka tahun 1276 Caka/1354
Masehi, boleh jadi bukanlah angka tahun pembangunan candi karena, baik menurut
kitab Nagarakrtagama maupun Pararaton, angka tersebut menunjuk pada
pertanggalan perjalanan Hayam Wuruk ke candi tersebut dalam rangkaian
perjalannnya yang termasuk memperbaiki/memugar candi pemujaan untuk Raden
Wijaya.
Bagian Batur Candi:
Batur candi berukuran panjang 13,11 meter, lebar 9,58
meter diatas batur terdapat selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa
panil relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
Pada relief tersebut menggambarkan kehidupan
sehari-hari, antara lain :
a). Seorang pertapa memakai surban berhadapan dengan
muridnya,
(b). Dua orang lelaki yang sedang
berada dekat sumur , salah seorang sedang memegang tali rimba,
(c). Diantara panil-panil tersebut terdapat bidang
panil yang berbentuk bulan menonjol semacam medalion.
Sayang sekali relief yang terdapat dalam medalion
tersebut sudah aus, sehingga sulit untuk diketahui,
(d). Terdapat pula relief / pahatan singa yang sedang
berhadapan muka dengan singa yang lain dan ekornya masing-masing melengkung
keatas menyerupai sulur daun. Disamping saling berhadapan singa tersebut juga
saling bertolak belakang.
2. Bagian Kaki Candi
Bagian Kaki Candi:
Pada dasarnya bentuknya segi empat, bagian barat atau
depan terdapat bagian yang menjorok keluar atau bagian konstruksi yang
mendukung tangga naik.
Bagian kaki Candi dibagi menjadi 2 (dua) kaki candi,
dengan keadaan sebagai berikut :
a. Bagian kaki candi tingkat pertama.
Bagian kaki candi pertama dimulai dari lis
di atas fondasi berbentuk agief ( genta) dengan hiasan daun Padma, kemudian lis
datar dengan ketinggian lebih kurang 60 cm. Diatas lis-lis tersebut terdapat
bidang panil yang terdiri dari 36 lapis batu merah atau setinggi 1,2 m.
Pada bidang panil dipahatkan motif medalion,
bidang tegak dan ornamen daun-daunan yang kesemuanya sudah tidak begitu jelas
karena aus. Pada bidang tegaknya umumnya dipahatkan lukisan manusia, binatang
dan pohon-pohonan.
b. Bagian candi tingkat kedua
Bagian kaki candi tingkat kedua bentuknya
hampir sama dengan bagian kaki tingkat pertama, yakni dimulai hiasan daun Padma
dan lis datar. Di beberapa bagian terdapat bidang vertical selebar 50 cm berisi
ukuran kala dan ornamen daun -daunan.
Sebelum sampai ke bagian tubuh candi masih terdapat
bagian yang dinamakan bagian duduk tubuh.
Bagian duduk tubuh dimulai setelah bagian kaki candi
tingkat kedua. Pada bagian tubuh mulai tampak peralihan bentuk dari bagian kaki
candi yang persegi menuju kebagian tubuh candi yang bulat (silinder). Pada
penampilan ketiga sisinya (utara, timur dan selatan) masih tampak jelas bentuk
persegi, tetapi pada bagian sudut-sudutnya sudah berbentuk bulat. Pada bagian
bulat di tengah-tengahnya dipahatkan ragam hias kala dan sulur gelang di
kanan-kirinya, tetapi bentuk kala dari ketiga sudut tersebut bentuknya
berbeda-beda, demikian juga halnya ragam hias sulur bervariasi. Pada bagian
penampil yang menjorok keluar terdapat bidang-bidang panil berbentuk mendatar
dan tegak. Bidang panil tegak terdapat pada sudut-sudut dan tengah, sedangkan
bidang panil mendatar terletak diantara bidang panil tegak. Pada panil-panil di
bagian duduk tubuh terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan. Sebagian
relief sudah tidak jelas karena aus.
Bagian Tubuh Candi
Bagian tubuh candi terdapat relief manusia, rumah dan
pohon-pohonan, pada sudut tenggara terdapat relief yang menggambarkan wanita
naik dipunggung seekor ikan, relief ini dalam agama Hindu menceritakan cerita
Sri Tanjung pelepasan jiwa. Relief Sri Tanjung juga terdapat di candi penataran
Blitar, candi Surowono Kediri dan Gapura Bajangratu Mojokerto. Pada bagian
tengah tubuh candi melalui pintu tersebut dapat melihat bilik candi yang
berukuran 2,60 x 2,58 meter dan tinggi 5,52 meter dan pada bagian atasnya
terdapat batu penutup cungkup yang berukir.
Setelah bagian duduk tubuh candi diteruskan dengan
tubuh candi berbentuk bulat (silinder) masih kelihatan kuat/cukup stabil dihias
relief dan ukiran yang indah dan halus pahatannya. Diatas sebuah pintu semu di
pahatkan bentuk kala di bagian bawah ambang pintu bentuknya segi empat menonjol
keluar yang tengahnya dipahatkan kepala naga.
Pada atas bingkai pintu ada balok batu kali terdapat
pahatan roset ditengahnya bertuliskan angka tahun saka 1276
Di tengah-tengah bagian tubuh candi terdapat
ban melingkar seperti ikat pinggang selebar 14 lapis batu merah. Pada tiap-tiap
penampil sisi utara, timur dan selatan terdapat bagian yang menjorok keluar
berbetuk pintu semu. Diatas pintu semu dipahatkan bentuk kala yang diukir
secara halus dan meriah. Dibagian bawah dari ambang pintu berbentuk segi empat
lebih menonjol keluar yang ditengahnya dipahatkan kepala naga dan bila
dirangkaikan disebut “kala naga”. Ada penampilan sisi barat lebih menonjol
bilamana dibandingkan dengan penampil sisi-sisi lainnya. Hal ini dikarenakan
oleh adanya tangga naik / masuk menuju ke bilik candi yang dihubungkan dengan
pintu masuk. Pada kaki ambang pintu terdapat dua lis yang terletak disebelah
kanan dan kiri. Maka bagian atas bingkai pintu masuk terdapat balok batu kali
berwarna hitam dengan hiasan pahatn motif aroset yang ditengah-tengahnya
dipahatkan tulisan angka tahun Caka 1354 atau tahun 1354 Masehi. Angka tahun
ini dapat dipakai sebagai bukti masa pembangunan Candi Jabung.
Diatas batu kali tersebut dahulunya terdapat
bentuk kala seperti terdapat pada penampilan sisi-sisi yang lain,namun sekarang
sudah tidak dapat dilihat karena rusak dimakan jaman.
Pada bagian tengah tubuh candi, melalui
pintu tersebut dapat melihat bilik candi. Bilik candi berukuran 2,60 x 2,58
meter dan tingginya 5,52 meter yang dibagian atasnya terdapat batu penutup
cungkup yang berukir. Di dalam bilik candi terdapat altar yang menempel pada
dinding sebelah utara, timur dan selatan. Pada dinding sebelah timur terdapat
tanda kerusakan, sehingga hal ini memberikan petunjuk kemungkinan semula di
tempat itu diletakkan arca pemujaan.
Bagian Atap Candi
Sebagian dari bagian atap candi sudah
hilang. Dari sisa-sisa bagian atap candi kemungkinan besar puncaknya berbentuk
stupa atapnya
berhias motif sulur-suluran. Sekarang yang dapat kita
lihat beberapa tingkat bingkai saja, terdiri dari lis-lis datar dan deretan
bingkai-bingkai tegak, bertingkat-tingkat. Bagaimana bentuk dan beberapa
tingginya atap belum diketahui, karena sebagian besar dan stupa atau puncak
candi sudah hilang.
PEMUGARAN:
Kegiatan pemugaran candi Jabung yang dilakukan pada
tahun 1983-1987 merupakan penghargaan terhadap hasil karya para leluhur bangsa
untuk melestarikan bangunan merupakan bukti sejarah dan warisan keagungan
bangsa juga sebagai sarana pengembangan wisata budaya.
Pemugaran candi Jabung dilaksanakan oleh proyek
pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur yang
bekerjasama dengan direktorat perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah
dan purbakala Jakarta, bidang permusiuman dan kepurbakalaan kantor wilayah
departemen pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Timur, suaka peninggalan
Sejarah dan Purbakala Jawa tImur dan Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan kabupaten Probolinggo serta tidak kecil pula bantuan pemerintah
Daerah tingkat II Kabupaten Probolinggo.
pada saat penataan lingkungan luas area candi jabung
bertambah 20,042 M2
GERBANG PINTU MASUK CANDI JABUNG
Dimasa pemugaran dibuat bangunan kecil penjaga situs
sekaligus loket penerangan. Disamping loket ini terdapat semacam majalah
dinding dimana sebagian besar bahan tulisan ini didapat.
Saptono Istiawan 16November 2010/ 11 September 2011.
Posted 26th
September 2011 by saptono istiawan sk
XI IPA 3
DIPOSTKAN OLEH LAILATUL BADRIYAH (15)
No comments:
Post a Comment