Tahukah
Anda bahwa ada sekitar 50.000 koleksi yang dimiliki Museum Geologi? Lantas,
dari mana sajakah koleksi tersebut berasal? Rubrik Geducation kali ini akan
membahas mengenai asal-usul produk Museum Geologi selama ini.
Ternyata,
koleksi yang dimiliki Museum Geologi tidak melulu ditemukan oleh bangsa
Indonesia, namun ada juga yang berasal dari penemuan peneliti Warga Negara Asing.
Hal tersebut sebenarnya lumrah terjadi. Barang-barang koleksi ini tidak hanya
didapatkan secara cuma-cuma dari seorang donatur, melainkan ada pula
barang-barang koleksi yang dijual oleh ahli geologi kemudian dibeli oleh Museum
Geologi dan resmi menjadi hak milik Museum.
Museum
Geologi ini memang merupakan tempat yang benar-benar menyimpan misteri dan
kekayaan alam Indonesia dari seluruh pelosok daerah di Indonesia. Koleksi fosil
terbesar di Indonesia, yaitu Stegodon
trigonocephalus, gajah purba berkepala triagonal yang ditemukan di
daerah Jawa Timur. Panjang gadingnya mencapai 4 meter dengan tinggi tubuh
mencapai 2,5 meter pun terpajang di Museum Geologi.
Reptilia
yang hidup berkuasa di zaman Mesozoikum tengah hingga akhir atau 210-65 juta
tahun lalu itu diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn. Kadal buas
pemakan daging itu panjangnya mencapai 19 meter, tinggi 6,5 meter, dan berbobot
8 ton. Ia diketahui pernah hidup, di antaranya di daratan Amerika Utara dan
Mongolia.
Ada pula
fosil kura-kura purba raksasa. Tingginya diperkirakan pernah mencapai 1,5 meter
dan panjangnya 2 meter. Binatang reptil yang bernama ilmiah Megalochelys cf. sivalensis ini
ditemukan di Kali Glagah, Bumiayu, Jawa Tengah. Umurnya ketika ditemukan
sekitar 1,7 juta tahun. Namun bentuknya sudah tak utuh.
Fosil
yang bentuknya lengkap, yaitu nenek moyang badak Jawa, diperkirakan berusia 1
juta tahun lebih. Rangka Rhinocerus
sondaicus desmarest itu ditemukan di Jawa Timur. Sampai kini,
keturunan makhluk mamalia itu masih hidup di Ujung Kulon, Banten.
Replika tengkorak manusia purba yang
berdiri tegak atau homoerectus berada di ujung lorong. Manusia Jawa itu
ditemukan di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, pada 1969. Tingginya diperkirakan
mencapai 2 meter. Mukanya menjorong ke depan, dengan tulang alis menonjol
keluar. Isi otaknya berkisar 1.000 cc, atau 2,5 kali lebih besar dari otak
gorila, orang utan, dan simpanse. Ia diperkirakan hidup pada 700-800 ribu tahun
silam.
Museum
Geologi mendapat koleksi terbaru untuk tahun 2012 ini. Manusia Hobbit, inilah koleksi
terbaru yang dimiliki Museum Geologi. Sebenarnya sudah sejak tahun 2003, tim
arkeolog gabungan dari Indonesia dan Australia menemukan kerangka sejenis
manusia purba di Pulau Flores. Penemuan ini menghebohkan para ahli. Mereka
memperdebatkan apakah spesies ini berasal dari spesies yang sama dengan manusia
modern atau merupakan spesies berbeda. Hal ini disebabkan karena spesies yang
memiliki nama latin Homo
floresiensis ini memiliki ukuran tubuh dan otak yang sangat kecil. Namun,
dari penemuan di gua tempat kerangka spesies ini ditemukan, para ahli juga
mendapatkan bukti adanya penggunaan perkakas rumit, yang merupakan salah satu
ciri manusia modern (Homo
sapiens).
Spesies
ini diperkirakan berasal dari antara 74.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.
Karena ukurannya yang kecil (dengan tinggi sekitar 1 meter), orang-orang
memberi nama “Hobbit” dari nama salah satu ras fiktif dalam buku karya J.R.R. Tolkien, The Hobbit.
Sebagian besar ahli memutuskan bahwa
spesies ini adalah spesies Homo awal yang masih mirip kera. Namun, ada juga
yang berpendapat bahwa spesien ini sebenarnya hanyalah Homo sapiens yang
memiliki kelainan sehingga bertubuh sangat kecil.
Kemudian
pada tahun 2006, pnelitian bersama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung, Indonesia (Dr. Fachroel Aziz) dan University of New England,
Australia – University of Wallongong, Australia (Dr. Mike Morwood), dengan tema
“Astride the Wallace Line”. Menunjukkan bukti bahwa “manusia purba” telah
menghuni Flores sekitar 1.000.000 tahun lalu.
Barulah,
pada tahun 2012 sebagai tindak lanjut MoU antara Badan Geologi, Bandung,
Indonesia dan University of Wallongong, Australia, tentang penelitian ilmu
kebumian (Earth Sciences), maka diadakan penelitian bersama antara Pusat Survei
Geologi, Badan Geologi (Dr. Fachroel Aziz) dan School of Earth and
Environmental Science, University of Wallongong (Dr. Mike Morwood),
bertemakan “In Search of the
First Hominins”. Maka, setelah itu resmilah manusia hobbit menempati
Museum Geologi Bandung.
Saat ini,
manusia hobbit itu sendiri terpajang di ruang tengah Museum Geologi sehingga
menjadi attention getter bagi
pengunjung yang baru memasuki Museum. Akan selalu ada investasi koleksi di
Museum Geologi. Bagaimana menurut Anda, menarikkah koleksi yang ada di Museum
Geologi Bandung ini?
Nama :
Rize Kumala Putri Pratiwi/16/XI IPA 3
No comments:
Post a Comment