Wednesday, January 30, 2013

kebudayaan madura

Karapan sapi



Karapan sapi di Stadion Giling, Kabupaten Sumenep
Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

Sejarah

Awal mula kerapan sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan matapencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.
Suatu Ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu yang dikenal dengan masyarakat madura dengan sebutan "nanggala" atau "salaga" yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura memelihara sapi dan menggarapnyadisawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan ini kemudian menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi musik saronen.

Pelaksanaan Kerapan Sapia

Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak, yaitu : babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian sama halnya dengan sapi-sapi di kelompok kalah, dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang memempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
babak Ketiga atau semifinal, pada babak ini masing sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.


sumber:  http://id.wikipedia.org/wiki/Karapan_sapi

nama : QOTIATUL AINI
no : 22
kelas : XI  ipa 3

Taman Nasional Baluran


Taman Nasional Baluran yang terletak di Kabupaten Situbondo, Jatim, memiliki keindahan alam yang luar biasa, terutama hamparan padang sabana dan taman lautnya.
Eksotika alam terbuka yang wilayahnya terletak di jalur utama Jawa-Bali itu menjadi alternatif wisata saat liburan, khususnya bersama keluarga.
Padang sabana di Baluran luasnya sekitar 400 hektare yang berada di Blok Bekol. Di padang rumput yang luas itu, pengunjung bisa melihat sekawanan satwa, seperti rusa. Atau kalau malam hari bisa melihat kerbau dan banteng.
Yang tak kalah menariknya adalah sekumpulan burung merak di alam terbuka. Merak dikenal dengan keindahan bulunya saat dimekarkan. Bulu-bulu merak biasanya menjadi hiasan kelengkapan atraksi kesenian Reog Ponorogo.
Dari kantor Taman Nasional Baluran yang terletak di pinggir jalan, padang sabana itu berada sekitar 12 Km ke dalam. Kalau pengunjung naik kendaraan roda empat bisa ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit dan 30 menit jika menggunakan roda dua.
Tentu saja perjalanan menuju ke lokasi itu mengasyikkan karena ada nilai petualangannya dengan kondisi jalan berbatu-batu. Karena itu kalau kendaraan sejenis sedan tidak direkomendasikan untuk dibawa ke tempat tersebut.
Joko Mulyo Ichtiarso, petugas Taman Nasional Baluran mengemukakan bahwa pengunjung tidak perlu khawatir meskipun tidak membawa mobil pribadi. Lewat pemberdayaan masyarakat sekitar, tersedia ojek sepeda motor dengan tarif Rp30 ribu untuk menuju objek-objek menarik di wilayah itu.
"Kalau mobil tarifnya Rp100 ribu yang bisa membawa empat hingga lima orang," katanya.
Untuk menuju ke lokasi taman nasional yang terkenal dengan bantengnya itu, sangat mudah karena terletak di pinggir jalan. Kantor taman nasional itu terletak di dekat perbatasan antara wilayah Kabupaten Situbondo dengan Banyuwangi.

Selain pemandangan alam berupa sabana, taman nasional ini juga memiliki keindahan alam laut di Pantai Bama yang terletak sekitar 15 Km dari kantor atau sekitar tiga kilometer dari padang sabana. Lokasi itu cukup panjang, yakni garis pantainya sekitar satu kilometer.
Kalau di airnya, sangat cocok bagi yang suka snorkling atau bermain kano. Snorkling menjanjikan kepuasan mata karena keindahan karang lautnya. Objek lain adalah wisata mangrove di wilayah itu.
Bagi yang ingin menikmati perahu wisata, bisa menggunakannya dengan cara menyewa Rp300 ribu untuk maksimal 10 orang. Taman Nasional Baluran juga menyediakan petualangan menantang karena ada objek yang jarang dikunjungi karena harus melewati jalan hutan.


Taman Nasional Baluran cukup ramai dikunjungi wisatawan. Setiap bulan bisa mencapai rata-rata 2.000 orang, dan jumlah itu bertambah jika musim libur sekolah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Kalau libur sekolah di dalam negeri kan sekitar Juli, tapi di luar mungkin beragam setiap negara, yakni setelah Juli. Jadi pengunjung setelah Juni hingga September, biasanya lebih ramai ke taman nasional ini," tutur Joko.
Ia menjelaskan bahwa turis asing dari berbagai negara bisa mencapai 154 hingga 200 orang per bulan jika sedang musim libur tiba. Sementara di hari-hari biasa jumlahnya di bawah 100 orang per bulan. "Ayo kita ke Baluran". (*)

Atas Nama
Novita Kurniatul Isnaini
XI IPA 3

Transportasi
Ibukota Kabupaten Banyuwangi berjarak 239 km sebelah timur Surabaya. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api Pulau Jawa.]Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif (pattas) maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya - Pasuruan - Probolinggo - Jember dan berakhir di Banyuwangi.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta colt yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Rogojampi dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna Ani Lestari. Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWW) - Denpasar (DPS) - Banyuwangi (BWW) dan Banyuwangi (BWW) - Surabaya (SUB) - Banyuwangi (SUB), per tanggal 24 Agustus 2011 Maskapai Merpati Airlines membuka penerbangan dari Banyuwangi dengan tujuan Surabaya, Semarang, dan Bandung

Seni budaya

Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di Pulau Jawa.

 

Kesenian tradisional


Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :
·         Barong Kemiren
·         Gandrung Banyuwangi
·         Seblang
·         Janger
·         Rengganis
·         Hadrah Kunthulan
·         Patrol
·         Mocopatan Pacul Goang
·         Jaranan Butho
·         Barong
·         Kebo-Keboan
·         Angklung Caruk
·         Gedhogan
·         Batik
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

MUSIK BANYUANGI
suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama.
Kemudian terdapat "kendhang" yang jumlahnya bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi.
Alat berikutnya adalah "kethuk". Terbuat dari besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya. "Kethuk estri" (feminine) adalah yang besar, atau dalam gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan "kethuk jaler" (maskulin) dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang.
Sedangkan "kempul" atau gong, dalam gamelan Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi. Kadang juga diselingi dengan "saron bali" dan "angklung".
Selain Gamelan untuk Gandrung ini, gamelan yang dipakai untuk pertunjukan Angklung Caruk agar berbeda dengan Gandrung, karena ada tambahan angklung bambu yang dilaras sesuai tinggi nadanya. Untuk patrol, semua alat musiknya terbuat dari bambu. Bahkan untuk pertunjukan Janger, digunakan gamelan Bali, dan Rengganis gamelan Jawa lengkap. Sedang khusus kesenian Hadrah Kunthulan, digunakan rebana, beduk, kendhang, biola dan kadang bonang (atau dalam gamelan Bali disebut Reong).
Modernisasi pun tidak terelakkan dalam seni musik Banyuwangi, muncul berbagai varian musik yang merupakan paduan tradisional dan modern, seperti Kunthulan Kreasi, Gandrung Kreasi, Kendhang Kempul Kreasi dan Janger Campursari yang memasukkan unsure elekton kedalam musiknya, dan menjadi kesenian popular di kalangan masyarakat. Namun demikian, sebagian pakar kebudayaan mengkhawatirkan seni kreasi ini akan menggeser kesenian klasik yang sudah berkembang selama berratus-ratus tahun,

Pesona Dondai, Pesona Sentani


Sentani memang penuh kejutan. Mau dilihat dari sisi manapun, kapanpun dan sama siapapun, kecantikannya mempesona hati. Serius deh! Cocok banget buat yang lagi menggalau. Buat yang lagi jomblo atau putus sama pacar, jalan-jalan ke Sentani obatnya. Buat yang abis ditolak, Sentani obatnya. Buat yang setres skripshit, Sentani bisa jadi obat. TAPI BUKAN BUAT BUNUH DIRI YAAA!!! 
Pokoknya, kalau ke Papua Timur, khususnya ke Jayapura, mampir lah ke Sentani.
Nah, kali ini Sentani ngasih saya kejutan yang nggak akan terlupakan. DONDAI. Apa itu Dondai??
Jadi Dondai itu sebuah kampung yang terletak di bagian lain Sentani. Perjalanan ke kampung Dondai ini dapat ditempuh dari kampung Doyo Lama naik perahu motor. Nggak jauh-jauh amat kok. Sekitar se-jam-an. Nah, perjalanannya inilah yang sumpah-oke-banget-jadi-kalau-ke-Sentani-kamu-wajib-banget-ke-dondai!!!!
Kita pun membelah danau Sentani naik perahu motor gitu. Rambut berkibar-kibar, kalau yang pakai jilbab, ya jilbabnya yang berkibar. Mata melotot, mulut menganga, saking kagumnya sama pemandangan sekitar. Nggak lupa jeprat-jepret sana-sini sambil tetep menganga sih. Abis kerennya, itu lo. Ciamik tenin!!!
Bahkan waktu di deket-deket Dondai, kan kami berangkatnya sore tuh ya, nah kami disambut sama hampir-sunset yang nggak kalah oke. Kenapa hampir sunset? Soalnya mataharinya belum bener-bener tenggelam.
Setelah capek berwow-wow ria nggak jelas di perahu boat itu, sampailah kami ke dermaga Dondai. Rumah-rumah penduduk di Dondai ini berupa rumah panggung.
Nah, di Dondai ini kita mau sowan ke rumah ondo avi. Ondo avi ini sebutan dari kepala suku di Sentani (atau papua secara keseluruhan, ya?, mungkin temen-temen lain yang pernah ke Papua lain yang bisa jawab). Terus di Dondai ini ternyata belum ada listrik lo. Ada sih, cuma dari jam 6-9, selanjutnya ya hanya mengandalkan sinar matahari di siang hari atau gelap-gelapan di malam hari. Budaya mabuknya juga masih kentel, jadi agak ati-ati aja kalau kesini di malam hari.
Setelah puas menikmati Dondai, kami pun membelah si Sentani lagi. Perjalanan malam berbekal satu lampu penerangan, buat tanda kalau disitu ada perahu gitu. Kami nggak sendiri, gemerlap bintang bertebaran indah di langit. Tapi sayang, keterbatasan teknologi yang saya miliki jadi nggak bisa mengabadikan. Cuma mata dan memori yang bekerja saat itu. Merekam tiap potongan bintang, mencoba membaca rasi, dan nggak tau deh itu rasinya apaan (sok-sokan banget nggak sih? ha ha ha). Tapi yang pasti pengalaman Dondai saya sangat menyenangkan. Penuh kejutan!
 sumber : http://palingindonesia.com/pesona-dondai-pesona-sentani/
Nama : Nur avdiranny asmara

Pulau Harapan



   Pulau Harapan merupakan salah satu pulau di gugusan kepulauan seribu. Secara administratif Pulau Harapan berstatus kelurahan di Kecamatan Pulau Seribu Utara yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Harapan, Kelurahan Pulau Kelapa, dan Kelurahan Pulau Panggang. Letak Pulau Harapan persis bersebelahan dengan Pulau Kelapa dan terhubung oleh satu ruas jalan. Jarak tempuh dari Jakarta lebih kurang 3 jam menggunakan angkutan penyebrangan ferry dari pelabuhan Muara Angke di Jakarta utara. Akses lain bisa menggunakan kapal sewaan dari Ancol, atau dari beberapa titik pemberangkatan di Tengerang, Banten.
Penduduk
Jumlah penduduk Pulau Harapan mencapai 2.200 jiwa atau 770 KK. Mata pencahariaan utama penduduk adalah nelayan. Penduduk Pulau Harapan pada umumnya merupakan penghuni turun-temurun yang sudah menghuni pulau ini sejak ratusan tahun. Mereka terdiri dari beberapa etnis seperti Jawa, Sunda, Bugis, Makassar dan sejumlah etnis lainnya yang sudah berinteraksi sejak lama dan mengalami asimilasi melalui perkawinan. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dengan sedikit aksen yang khas.
Pariwisata
Melihat potensi yang ada, pariwisata merupakan masa depan perekonomian Pulau Harapan. Tetapi untuk saat ini, pariwisata di Pulau Harapan belum mendapatkan perhatian serius dan belum digarap dengan baik. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan yang masih kalah dibandingkan dengan pulau lain di kepulauan seribu yang sudah lama dijadikan destinasi wisata seperti Pulau Pramuka dan Pulau Tidung misalnya. Padahal, potensi wisata Pulau Harapan tidak kalah menarik dan sangat potensial.
Beberapa waktu belakangan terutama sejak tahun 2005, geliat pariwisata di Pulau Harapan mulai menggembirakan. Pulau Harapan mulai dilirik terutama oleh wisatawan lokal. Ini didukung pula oleh fasilitas penunjang berupa sarana dan prasarana pariwisata yang mulai membaik. Saat ini sudah mulai hadir beberapa tempat penginapan dan home stay, beberapa warung yang menyediakan menu makanan, dan tempat penyewaan peralatan snorkling. Tersedia juga kapal kecil yang siap sedia menjelajahi pulau. Semua fasilitas ini diharapkan menjadi pendorong kemajuan pariwisata di Pulau Harapan ke depan.
Pariwisata diharapkan memberikan trickledown effect bagi perekonomian masyarakat di Pulau Harapan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan bisa menjadi pendorong aktifitas ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas melalui berbagai sektor. Masyarakat pulau bisa terlibat dalam banyak bidang usaha yang meliputi :
• Penginapan
• Akomodasi
• Safety
• Kuliner local
Point point diatas sudah dimiliki oleh Kelompok Sadar Wisata Lingkungan yang dipimpin oleh Bapak Safrudin (aka. Rambo).
Pemberdayaan
Aktifitas pemberdayaan di Pulau Harapan umumnya dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Lembaga pemberdayaan Masyarakat (LPM) kelurahan. Program yang dijalankan antara lain berupa pemberian pinjaman dana bergulir, latihan keterampilan kerja, peningkatan penghasilan melalui keramba.
Pinjaman bergulir tanpa bunga sudah diberikan pada nelayan sejak tahun 2002. Pinjaman ini merupakan bantuan permodalan dari pemerintah. Program ini berjalan sampai tahun 2008 silam dan berhenti karena terjadi kemacetan dana bergulir.
Mangrove
Pulau Harapan menjadi salah satu wilayah konservasi Mangrove di kawasan Kepulauan Seribu. Sejak lima tahun terakhir konservasi mangrove dilakukan secara partisipatif melibatkan warga masyarakat. Saat ini hampir di setiap RT terdapat tempat pembudidayaan mangrove.
Kebersihan & Kompos
Penduduk Pulau Harapan relative sudah memiliki kesadaran tentang kebersihan. Hal ini terliahat dari adanya bak-bak penampungan sampah di sepanjang jalan di depan rumah warga. Dukungan pihak kelurahan dan pemerintah daerah soal kebersihan ini memang sudah berlangsung lama.
Belakangan ini terlihat bak-bak penampungan sampah tersebut terisi penuh dan belum dipindahkan. Sebagian sampah yang sudah memenuhi bak penampungan tersebut ada yang meluap dan tumpah ke jalan.
Pulau Harapan memiliki sebuah fasilias pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah melalui dinas kebersihan provinsi. Namun sejak Pebruari 2012 lalu fasilitas ini tidak lagi dibiayai oleh pemerintah. Ini disebabkan karena Dinas Kebersihan mengalami perampingan sehingga tidak ada lagi anggaran untuk fasilitas kebersihan seperti dulu.

Entrepreneurship
Seperti telah disebutkan tadi, mayoritas penduduk Pulau Harapan hidup sebagai nelayan terutama nelayan tangkap. Ini masih merupakan pekerjaan ekstraktif yakni memanfaatkan langsung sumberdaya yang ada di alam. Belakangan ini sebagian penduduk sudah ada yang melakukan usaha perikanan budidaya menggunakan keramba. Di depan pulau terdapat keramba-keramba milik warga.
Menurut keterangan beberapa penduduk, nelayan pada umumnya belum memiliki kesadaran untuk berwirausaha di luar usaha mereka sebagai nelayan. Selain itu, kebiasaan menabung juga belum tumbuh di kalangan masyarakat nelayan. Banyak kalangan masyarakat nelayan yang merasa bahwa usaha melaut akan terus memberikan penghasilan buat mereka. Akibatnya tidak jarang mereka berprilaku boros karena beranggapan toh besok masih akan mendapat hasil tangkapan.
Bidang usaha lain yang digeluti penduduk Pulau Harapan yaitu perdagangan dan keterampilan. Saat ni sudah ada beberapa keluarga yang memiliki usaha pembuatan kerupuk ikan.keterampilan ini mereka dapatkan dari pelatihan yang pernah diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Tanggap Bencana
Akhir Januari 2012 lalu angin kencang menghantam sebagian besar wilayah di gugus kepulauan seribu. Wilayah yang terdampak parah antara lain adalah Pulau Harapan dan Pulau Kelapa. Di kedua pulau ini total bangunan yang rusak mencapai lebih dari 400 rumah. Angin puting beliung juga merusak beberapa bangunan sekolah, menumbangkan pohon-pohon, dan melukai puluhan orang.
Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di Pulau Harapan. Kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa tahun yang lalu namun tidak separah kejadian awal Januari 2012 lalu.
Pulau Harapan belum memiliki program terancana terkait penanggulangan bencana. Saat ini koordinasi penanggulangan bencana masih sangat tergantung dengan pusat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta serta Palang Merah Indonesia (PMI). Posko penaggulangan bencana dibentuk sesaat terjadi bencana di bawah koordinasi kelurahan dibantu karangtaruna.
Ke depan diharapkan ada blue print penanggulangan bencana yang melibatkan masyarakat lebih luas. Pemahaman dan kepedulian warga masyarakat soal kesiapsiagaan bencana harus dibangun lebih baik lagi.
Selain yang disebutkan di atas, kekayaan bahari yang terdapat di pulau ini juga tidak kalah indah dengan tempat lain. Sebut saja Soft Coral berjenis Dendrophthya sp, ada juga Fire Coral, Sea pean. Anemon anemone yang menjadi tempat bermain Clown Fish, juga banyak terdapat di pulau ini. Karang karang yang terdapat di pulau ini kebanyakan ditanam oleh para warga dari Pulau Harapan. Jadi sekarang, bertambah lagi destinasi wisata alternatif yang terdapat di Kepulauan Seribu.


Nama               : Rizki Rahmawati ningtyas/ XI IPA 3/ 25



Museum Geologi



           

           Tahukah Anda bahwa ada sekitar 50.000 koleksi yang dimiliki Museum Geologi? Lantas, dari mana sajakah koleksi tersebut berasal? Rubrik Geducation kali ini akan membahas mengenai asal-usul produk Museum Geologi selama ini.
Ternyata, koleksi yang dimiliki Museum Geologi tidak melulu ditemukan oleh bangsa Indonesia, namun ada juga yang berasal dari penemuan peneliti Warga Negara Asing. Hal tersebut sebenarnya lumrah terjadi. Barang-barang koleksi ini tidak hanya didapatkan secara cuma-cuma dari seorang donatur, melainkan ada pula barang-barang koleksi yang dijual oleh ahli geologi kemudian dibeli oleh Museum Geologi dan resmi menjadi hak milik Museum.
Museum Geologi ini memang merupakan tempat yang benar-benar menyimpan misteri dan kekayaan alam Indonesia dari seluruh pelosok daerah di Indonesia. Koleksi fosil terbesar di Indonesia, yaitu Stegodon trigonocephalus, gajah purba berkepala triagonal yang ditemukan di daerah Jawa Timur. Panjang gadingnya mencapai 4 meter dengan tinggi tubuh mencapai 2,5 meter pun terpajang di Museum Geologi.
Reptilia yang hidup berkuasa di zaman Mesozoikum tengah hingga akhir atau 210-65 juta tahun lalu itu diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn. Kadal buas pemakan daging itu panjangnya mencapai 19 meter, tinggi 6,5 meter, dan berbobot 8 ton. Ia diketahui pernah hidup, di antaranya di daratan Amerika Utara dan Mongolia.
Ada pula fosil kura-kura purba raksasa. Tingginya diperkirakan pernah mencapai 1,5 meter dan panjangnya 2 meter. Binatang reptil yang bernama ilmiah Megalochelys cf. sivalensis ini ditemukan di Kali Glagah, Bumiayu, Jawa Tengah. Umurnya ketika ditemukan sekitar 1,7 juta tahun. Namun bentuknya sudah tak utuh.
Fosil yang bentuknya lengkap, yaitu nenek moyang badak Jawa, diperkirakan berusia 1 juta tahun lebih. Rangka Rhinocerus sondaicus desmarest itu ditemukan di Jawa Timur. Sampai kini, keturunan makhluk mamalia itu masih hidup di Ujung Kulon, Banten.
Replika tengkorak manusia purba yang berdiri tegak atau homoerectus berada di ujung lorong. Manusia Jawa itu ditemukan di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, pada 1969. Tingginya diperkirakan mencapai 2 meter. Mukanya menjorong ke depan, dengan tulang alis menonjol keluar. Isi otaknya berkisar 1.000 cc, atau 2,5 kali lebih besar dari otak gorila, orang utan, dan simpanse. Ia diperkirakan hidup pada 700-800 ribu tahun silam.
Museum Geologi mendapat koleksi terbaru untuk tahun 2012 ini. Manusia Hobbit, inilah koleksi terbaru yang dimiliki Museum Geologi. Sebenarnya sudah sejak tahun 2003, tim arkeolog gabungan dari Indonesia dan Australia menemukan kerangka sejenis manusia purba di Pulau Flores. Penemuan ini menghebohkan para ahli. Mereka memperdebatkan apakah spesies ini berasal dari spesies yang sama dengan manusia modern atau merupakan spesies berbeda. Hal ini disebabkan karena spesies yang memiliki nama latin Homo floresiensis ini memiliki ukuran tubuh dan otak yang sangat kecil. Namun, dari penemuan di gua tempat kerangka spesies ini ditemukan, para ahli juga mendapatkan bukti adanya penggunaan perkakas rumit, yang merupakan salah satu ciri manusia modern (Homo sapiens).
Spesies ini diperkirakan berasal dari antara 74.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Karena ukurannya yang kecil (dengan tinggi sekitar 1 meter), orang-orang memberi nama “Hobbit” dari nama salah satu ras fiktif dalam buku karya J.R.R. Tolkien, The Hobbit.
Sebagian besar ahli memutuskan bahwa spesies ini adalah spesies Homo awal yang masih mirip kera. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa spesien ini sebenarnya hanyalah Homo sapiens yang memiliki kelainan sehingga bertubuh sangat kecil.
Kemudian pada tahun 2006, pnelitian bersama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Indonesia (Dr. Fachroel Aziz) dan University of New England, Australia – University of Wallongong, Australia (Dr. Mike Morwood), dengan tema “Astride the Wallace Line”. Menunjukkan bukti bahwa “manusia purba” telah menghuni Flores sekitar 1.000.000 tahun lalu.
Barulah, pada tahun 2012 sebagai tindak lanjut MoU antara Badan Geologi, Bandung, Indonesia dan University of Wallongong, Australia, tentang penelitian ilmu kebumian (Earth Sciences), maka diadakan penelitian bersama antara Pusat Survei Geologi, Badan Geologi (Dr. Fachroel Aziz) dan School of Earth and Environmental Science, University of Wallongong (Dr. Mike Morwood), bertemakan “In Search of the First Hominins”. Maka, setelah itu resmilah manusia hobbit menempati Museum Geologi Bandung.
Saat ini, manusia hobbit itu sendiri terpajang di ruang tengah Museum Geologi sehingga menjadi attention getter bagi pengunjung yang baru memasuki Museum. Akan selalu ada investasi koleksi di Museum Geologi. Bagaimana menurut Anda, menarikkah koleksi yang ada di Museum Geologi Bandung ini?
                                                                                                               
Nama               : Rize Kumala Putri Pratiwi/16/XI IPA 3

Reog (Ponorogo)



Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1920. Selain reog, terdapat pula penari kuda kepang dan bujangganong.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono,Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Pementasan Seni Reog
  
Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepangatau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Tokoh-tokoh dalam seni Reog
Jathil
Jathilan (depan)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.

Warok

Warok Ponorogo
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
 Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.

 Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
Klono Sewandono
rabu Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

Foto tari Barongan di situs resmi Malaysia, yang memicu kontroversi.
Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan tetapi memiliki unsur Islam. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.
Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia", dan diakui sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang banyak terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak diIndonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin Ponorogo. Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta.[11] Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.
Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut sebelum penubuhan Indonesia, menjadikan migran itu tidak pernah menjadi rakyat Indonesia.

Sumber            : http://id.wikipedia.org/wiki/Reog_(Ponorogo)
Nama               : Nanda Ayu Wahida (XI IPA 3) 16